Selasa, 31 Desember 2013

JANJI DI AWAL TAHUN

Sebelum tahun 2013 benar-benar berlalu, ada baiknya kita mengevaluasi kehidupan kita selama setahun yang telah lewat. Bagaimana kehidupan kerohanian kita, bagaimana kesetiaan kita pada Allah dan bagaimana kasih kita kepada sesama? Dan untuk mengawali tahun 2014, saya mengajak Anda untuk menulis dalam selembar kertas dan menempelkannya di tempat yang paling sering Anda lihat - sebagai komitmen sepanjang tahun yang akan datang - sebagai berikut:

TAHUN 2014 INI
....Selesaikan perselisihan
....Temui teman yang sudah terlupakan
....Hilangkan kecurigaan dan gantilah dengan kepercayaan
....Tulislah surat yang bersahabat
....Bagikan berkat yang berharga
....Berikan jawaban yang lembut
....Berikan semangat pada para remaja
....Tunjukkan kesetiaan dalam perkataan dan perbuatan
....Tepatilah janji
....Sediakan waktu luang
....Singkirkan dendam
....Ampunilah musuh Anda
....Dengarkanlah keluhan orang lain
....Mintalah maaf bila bersalah
....Cobalah untuk mengerti
....Hilangkan rasa iri
....Periksa tuntutan Anda pada orang lain
....Pikirkan orang lain lebih dahulu
....Hargailah
....Bersikaplah ramah dan lemah lembut, jangan ketus
....Tertawalah sedikit
....Tertawalah sedikit Lebih banyak
....Yakinlah
....Tolaklah rasa benci
....Lawanlah kepuasan terhadap diri sendiri
....Nyatakanlah rasa terimakasih Anda
....Senangkanlah hati seorang anak
....Nikmatilah keindahan alam
....Nyatakanlah kasih Anda secara terbuka
....Nyatakanlah lagi
....Nyatakanlah sekali lagi
Anda siap? Anda telah berjanji bukan hanya kepada diri sendiri, tetapi juga kepada Tuhan dan itu artinya Anda harus menepatinya. SELAMAT MENYAMBUT TAHUN BARU.......

Rabu, 18 Desember 2013


ORANG TUA OTORITER HASILKAN ANAK PECUNDANG

Buku Battle Hymn of the Tiger Mother melahirkan sebutan tiger parents, tiger mothers, bahkan tiger cubs.Tepat pada masa buku Battle Hymn menimbulkan kehebohan, adalah Su Yeong Kim, associate professor untuk bidang Human Development and Family science di University of Texas.

Waktu itu penelitiannya terhadap 300 keluarga orang-orang beretnik Asia di AS sudah menginjak tahun ke sepuluh. Penelitiannya berawal dari paradoks yang muncul di kalangan keluarga-keluarga Asia di AS.

Banyak ibu-ibu Asia mendidik anak-anak mereka dengan tangan besi, menerapkan disiplin dan tuntutan akademik ambisius kepada anak-anaknya, dan toh anak-anak mereka meraih prestasi akademik gemilang. Itu kesan umum yang tertangkap oleh publik. Ia tergelitik untuk membuktikan lewat riset, benarkah kenyataannya demikian?

Mengapa dalam keluarga-keluarga Amerika non-imigran dengan latar belakang Eropa dan Amerika, pendekatan otoriter dalam parenting terbukti menghasilkan anak-anak yang tertekan dan pecundang?

Respondennya sebagian besar dipilih yang kelahiran Asia, sebagian besar Hongkong dan Cina Selatan. Pada umumnya pendidikan mereka rendah dengan penghasilan juga rendah. Anak-anak mereka 75%-nya kelahiran AS.

Maret 2013 Su mengumumkan hasil penelitian yang ditunggu-tunggu tersebut. Ternyata, “anak-anak macan” yang dididik secara keras dengan tuntutan tinggi dan disiplin mati oleh “orangtua macan”, prestasi dan keberhasilan akademiknya rendah.

Mereka lebih sulit beradaptasi, terisolasi dalam keluarga ketimbang anak-anak dari orangtua yang lebih suportif dan nyantai. Kesimpulan ini sesuai benar dengan banyak hasil penelitian selama ini.

Di sisi lain, success stories juga ada, seperti yang diungkapkan oleh Sophia Chua di New York Post (“Why I Love My Strict Chinese Mom”- nypost.com), juga Grace Liu di CNN (“Why Tiger Moms are Great”- cnn.com).

Tetapi nyatalah, hasil penelitian Su menyimpulkan, orangtua macan sering kali malah melahirkan anak-anak ayam yang penakut dan pecundang.

Sumber: Kompas Female

MUSIM KE GEREJA

Disadari atau tidak, pada bulan Desember, biasanya semangat keagamaan orang Kristen melonjak tajam. Gereja mulai dipenuhi oleh orang-orang yang pada bulan-bulan sebelumnya malas ke gereja. Bangku-bangku gereja yang biasanya kosong, sekarang terisi semua, bahkan bangku cadangan pun mulai dipasang. Keluarga-keluarga yang biasanya tidak lengkap datang ke gereja, sekarang mulai datang secara bersamaan, tampak harmonis dan menyenangkan untuk dipandang.
 

Entah bagaimana ceritanya bila bulan Desember tiba atau bila mendekati perayaan Natal, orang Kristen yang “tertidur” kembali terbangun. Entah karena suara lonceng gereja atau karena senandung lagu-lagu Natal yang berkumandang di mana-mana. Mereka mulai ‘menyempatkan diri’ untuk pergi beribadah ke gereja, mungkin dengan sungguh-sungguh untuk ‘menebus dosa’ karena sepanjang tahun telah melupakan Tuhan; atau mungkin hanya sekedar memenuhi tuntutan masyarakat, bahwa orang Kristen harus ke gereja, paling tidak menjelang Hari Raya keagamaannya; atau mungkin memenuhi tuntutan gerejani karena dia seorang anggota majelis gereja atau diangkat menjadi salah seorang dari panitia Natal.
Bukan cuma semangat untuk beribadah ke gereja saja yang melonjak pada bulan Desember atau menjelang Natal, orang Kristen tiba-tiba berubah menjadi ‘murah hati’ kepada gereja dan kaum papa. Mereka tidak segan-segan mengeluarkan uang untuk dana Natal dan aksi-aksi sosial Natal bagi orang-orang yang berkekurangan, padahal pada hari-hari sebelumnya mereka terkenal ‘pelit.’
Bukan tidak boleh, tetapi mengapa semua itu dilakukan hanya di sekitar nuansa Natal? Mengapa ke gereja harus ada musimnya? Mengapa berbuat baik harus menunggu waktu khusus? Bukankah seharusnya itu sudah menjadi gerak dan irama hidup orang Kristen? Bukankah seharusnya ibadah dan perbuatan baik kita merupakan wujud kasih kita kepada Allah dan kepada sesama?
Firman Tuhan mengatakan: Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang Hari Tuhan yang mendekat. (Ibrani 10:25). Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang, Tuhan sudah dekat! (Filipi 4:5). Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik (2 Tesalonika 3:13). Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi...(1 Timotius 6:18). ....dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik ( Titus 2:14). Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah (Ibrani 13:16).
 

Bukankah ayat-ayat Firman Tuhan itu sudah cukup memberi kita penjelasan bahwa ibadah kita kepada Allah dan perbuatan baik kita kepada sesama tidak tergantung musim? Semua itu harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Bukan hanya waktu Natal saja, melainkan setiap hari selama kita hidup di dunia, kita harus menjadi teladan dalam ibadah kita, hidup kita, perkataan kita, dan perbuatan baik kita.
 

Kita harus berbakti kepada Allah dengan segenap hati kita, waktu kita, kepandaian kita, kekuatan kita, dan semua yang kita miliki yang telah dianugerahkan Allah kepada kita. Kita juga harus mengasihi sesama kita, apalagi orang-orang yang dalam penderitaan, seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Bagaimana kita dapat mengasihi Tuhan bila pergi ke gereja saja hanya pada waktu Natal? Bagaimana kita bisa mengasihi sesama kita, bila kita berbuat baik hanya bila mendekati Natal saja? Jangan puas menjadi orang Kristen “kapal selam” atau “Sinterklas” saja. Jadilah orang Kristen sejati, itu artinya mengikuti pola hidup Yesus Kristus yang kita ikuti jejaknya.
 

Merayakan Natal baik, tetapi jangan sampai Kristus hanya menjadi bayi kecil yang tidak pernah menjadi besar dan dewasa dalam hati kita. Setiap Natal kembali Ia lahir dalam hati kita, tetapi setelah itu, ia menjadi kerdil, kurus, tidak pernah makan dan akhirnya mati. Melakukan aksi sosial Natal baik, tetapi mengapa tidak kita lakukan setiap hari saja?
 

Lihatlah sekelilingmu, adakah seseorang yang perlu dihibur, dikuatkan, dinasihati dan dibantu? Lakukanlah bukan pada musim Natal saja, melainkan sepanjang Anda bisa melakukannya. Amin.

Selasa, 03 September 2013

PUNYA KEKURANGAN FISIK BUKAN HALANGAN UNTUK BERHASIL

Saya pernah melihat film tentang LENA MARIA, seorang wanita cacat, yang tidak memiliki kedua lengan, kakinyapun panjang sebelah.  Lena begitu gigih, dengan kakinya dia melukis, memasak, memegang garpu, membuka pintu dan memakai baju.  Dengan kakinya dia menyetir mobil yang sudah dimodifikasi dan dengan mulutnya dia menggigit sabuk pengaman dan menancapkannya pada tempatnya dan menjalankan mobilnya. Wajahnya begitu ceria, semangat hidupnya meledak-ledak, dengan gigih walau tidak punya dua tangan belajar berenang dan dia bisa!  Dia tidak berpikir, bahwa tidak punya tangan merupakan halangan baginya untuk bisa berenang, karena ikan tidak punya tangan dan juga bisa berenang.  Benar juga, dia berenang dengan menggerakkan tubuhnya seperti ikan dan kakinya seperti ekor ikan.  Dia berpikir bisa, berlatih dan ternyata bisa.

Yang membuat saya tambah heran, ketika diapun menikah dan bahagia.  Dia berpikir, bahwa tidak punya tangan bukan halangan untuk menikah.
Banyak orang yang fisiknya ‘normal’ namun pikirannya ‘sakit’, mereka tidak yakin apakah akan bisa menikah; “Apa ada yang mau dengan saya?” Pikirnya.  Banyak pemuda-pemudi berpikir begitu karena menyadari, dirinya ada kekurangan.  “Apa ada yang mau, hidung saya besar, kaki saya pendek, jari-jari saya besar-besar, apa ada yang mau, payudara saya kecil” kata mereka dalam hati.
Banyak orang terlalu konsentrasi pada apa yang jelek dari dirinya.  “Apakah ada yang mau menikah dengan saya, bagaimana kalau awalnya mau, tetapi akhirnya kecewa dan menolak aku, karena aku kasar, aku  egois”  yang lain menambahkan alasan ‘kelemahan’ lainnya.
Banyak orang berpikir, apa bisa menikah, apa bisa berprestasi, takut tenggelam dan tidak bisa berenang.  Yang membatasi bukan fisik, tetapi pikiran mereka.
Mereka lupa, bahwa di dunia ini memang tidak ada orang yang sempurna.  Setiap orang memiliki kelemahan, hanya saja mereka yang berhasil, adalah orang-orang yang berpikir, bahwa ‘kelemahan’nya bukan halangan untuk berhasil, cacat fisik bukan halangan untuk menikah, kelemahan fisik bukan batas untuk berkarya. Kenyataan menunjukkan, jika seseorang memiliki kelemahan fisik, biasanya justru punya kekuatan di bidang lainnya, entah insting atau seni. Itu keadilan TUHAN.
Tony Mendell, laki-laki tanpa tangan  yang bisa bermain gitar dengan begitu bagus dengan kakinya, sehingga Sri Paus, pemimpin tertinggi di Roma memanggilnya untuk bermain gitar di hadapannya dan itu dihadapan ribuan jamaah dan disiarkan di televisi.  Sejak itu ia bisa hidup dari konser demi konser dan undangan demi undangan yang diterimanya.
Orang memanggil dia bukan hanya karena dia bisa bermain gitar dengan ke dua kakinya, karena memang dia tidak memiliki tangan, tetapi orang terkesan dengan pandangan hidupnya, semangat hidupnya, gairah dan antusias nya menginspirasi banyak orang lain!  Tony Mendell, tidak berpikir, bahwa keadaan fisik merupakan halangan baginya untuk sukses meraih prestasi puncak.
Shakespeare, adalah orang yang lumpuh, namun ia berkarya besar dikenal sebagai seniman, sutradara sandiwara operete kelas dunia.
Beethoven, musik klasiknya masih terus diputar orang hingga hari ini.  Siapa menyangka bahwa ia justru memiliki gangguan pendengaran telinga?
John Milton, pengarang sajak/ puisi di Inggris adalah orang buta.
Kisah legendaris untuk orang cacat yang sukses adalah Helen Keller, wanita sarjana yang tuli  dan buta.  Ia menulis buku, keliling 20 negara berbicara dihadapan orang-orang cacat untuk memberi motivasi hidup.  Helen Keller mendapat penghargaan dari ratu Victoria Inggris.  Helen Keller menjadi orang sukses ditangan  guru yang tepat, Guru Anne Sullivan, yang memberinya dorongan, bahwa cacat bukan halangan untuk suskes.

John F.Kennedy, salah satu presiden Amerika yang mengalami cedera tulang belakang yang parah. Hitler pun bertubuh kecil dan pendek dan menjadi pemimpin bangsanya. 

Saya bangga dalam beberapa hal tentang Indonesia, kita negara yang relatif baru dalam hal berdemokrasi, tetapi luar biasa, kita memiliki Presiden wanita, yaitu, Megawati.  Amerika saja belum pernah memiliki presiden wanita.  Sebagai wanita, Megawati bertubuh gemuk, namun beliau tidak berpikir bahwa gemuknya menghalangi untuk sukses, beliau memiliki integritas.  Karena memang ‘cantik’ bagi seorang manusia bukan ‘fisik’ yang langsing semampai, tetapi batinnya dan karakternya!.  Fisik hanya bungkus seorang manusia.  Betapa banyak wanita minder karena gemuk, mereka harus belajar ‘kenyataan hidup’ di sisi yang lain,  bahwa fisik bukan halangan untuk sukses!

Presiden RI  Habibie yang kecil, tidak merasa minder memimpin para jenderal dan menteri yang tinggi dan tegap, karena beliau ‘jiwanya’ besar! Yang lebih mengagumkan saya adalah Gus Dur,  beliau  tidak bisa melihat, namun berani  menjadi Presiden. 

Mereka memiliki ‘kekurangan secara  fisik’, tetapi mereka adalah para pahlawan jiwa, hati mereka lebih besar dari keadaan fisik mereka yang ‘kurang menguntungkan’.  Habibie tidak berpikir bahwa tubuhnya yang kecil dan pendek merupakan halangan untuk memimpin para menteri atau jenderal yang berperawakan tinggi besar.  Megawati tidak minder dengan gemuknya dan Gus Dur tidak berpikir bahwa sakit matanya, merupakan penghalang untuk meraih prestasi tertinggi di negara ini, untuk menjadi orang nomor satu, presiden RI.  Mereka telah menembus batas-batas ‘keadaan fisik’.  

Ignace Paderewski pianis besar Polandia, guru musiknya mengatakan kepadanya tangannya terlalu kecil untuk menguasai tuts piano.  

Lee Hei A, pianis Korea yang kedua tangannya hanya 2 jari, tubuhnya pendek, dan waktu kecil mengalami keterbelakangan mental, ayahnya juga cacat.  Th 2007 baru saja konser di Jakarta.  Permainannya memukau ribuan orang. Seandainya Lee Hei A tidak cacat, jari-jarinya 5 dan badannya sempurna, apakah orang akan terpukau? Belum tentu, karena cukup banyak orang ‘normal’ lainnya yang bermain piano jauh lebih baik dari Lee Hei A.  Orang terpesona, karena orang ‘cacat’ jari hanya 2 tetapi bisa bermain piano.  Lee Hei A keliling dunia untuk konser, dan dimana-mana sukses. Kelemahan Lee Hei A,  justru menjadi kekuatannya.

Pada tahun 1983, ketika Dwayne Pingston baru berusia 19 tahun, ia menghindari tabrakan dari depan dengan membanting setirnya ke kanan. Dalam prosesnya ia menabrak bahu jalan dan terlempar dari mobilnya. Lehernya patah dan kaki-kakinya tak dapat digerakkan lagi. Dwayne telah menerima fakta bahwa ia lumpuh dari pinggangnya ke bawah dan akan menjadi seperti itu seumur hidupnya. Ia bisa saja menangisi nasibnya, namun dia tidak melakukan itu. Sebaliknya ia mensyukuri segala hal yang masih dapat dilakukannya dan menindak-lanjutinya. Dengan kursi roda, ia mencari nafkah dengan dua pekerjaan. Ia mereparasi mobil-mobil tua dan juga menjadi pengantar mobil-mobil yang dirancang menurut pesanan, mulai dari Jaguar hingga Troy, ke pelanggan-pelanggan di seluruh penjuru negara.  Rasa humornya luar biasa dan ia bahkan menyatakan beruntung tidak dapat merasakan apa-apa pada kedua kakinya.

Demosthenes adalah seorang yang gagap.  Untuk mewarisi harta dari orang tuanya, dia harus berbicara di dewan kota. Karena dia tidak berani dan tidak bisa berbicara maka hartanya jatuh ke orang lain.  Dia bertekad untuk belajar berbicara di depan umum. Dia  berjalan-jalan di tepi pantai sambil berteriak kepada ombak, sehingga meski cacat gagap, akhirnya ia menjadi seorang ahli pidato terkenal di Yunani.

Borghild Dahl, penulis buku  “I Wanted to See” (Saya Ingin Melihat).  “Saya hanya punya satu mata. Itu pun hampir tertutup seluruhnya oleh selaput, sehingga saya hanya bisa melihat melalui celah kecil mata saya sebelah kiri. ”  Di rumah ia senang membaca. Tapi bukunya harus didekatkan ke mata sampai bulu matanya menyentuh halaman buku. Ia berhasil meraih dua gelar sarjana muda dari Universitas Minnesota dan Master of Arts dari Universitas Columbia.
Ada pelajaran luar biasa bagi kita semua dalam kisah ini:   Jangan menangisi kehilangan kita; bersukacitalah dengan apa yang masih kita miliki.
Beberapa waktu yang lalu salah satu acara televisi memuat kisah kehidupan seorang yang bernama Henry Porter. Ia cacat dari sejak lahir. Penyakit ini membuatnya sulit bicara, berjalan atau menggunakan tangannya dengan normal. Tetapi ibunya selalu mengatakan bahwa ia dapat melakukan apa saja yang ia inginkan. Henry bertumbuh menjadi seorang yang ulet, tekun dan tidak mudah menyerah. Pada waktu dewasa, ia berkali-kali ditolak ketika melamar pekerjaan. Akhirnya ia diterima bekerja sebagai salesman. Ia menjual alat-alat rumah tangga dari pintu ke pintu. Setiap hari pagi-pagi ia berangkat bekerja dengan bus. Lalu ia berhenti disebuah hotel dimana seorang penjaga hotel menolongnya dengan kancing baju dan dasinya. Lalu berangkatlah ia dan mengetuk pintu demi pintu dan berusaha menjual produknya. Ia tak pernah mengeluh walaupun bagi dia tidak mudah untuk berjalan sejauh itu.Ketika pulang ia harus mengetik hasil penjualannya. Ia hanya dapat menggunakan satu jarinya untuk mengetik sehingga pekerjaan ini memakan waktu berjam-jam lamanya. Bertahun-tahun ia lakukan semuanya ini dengan sabar setiap hari. Kehidupan dan keuletan Henry Porter menjadi inspirasi dan menyentuh hati banyak orang sehingga ia menerima penghargaan dari kongres Amerika.

Orison Wett Marden, seorang penulis dan pendiri Success Magazine, berkata: “There is genius in persistence. It conquers all opposers. It gives confidence. It annihilates obstacles. Everybody believes in a determined man. People know that when he undertakes a thing, the battle is half won, for his rule is to accomplish whatever he sets out to do.”

Kita bisa berbuat banyak dengan apa yang kita miliki, apapun itu.  Kita tidak bisa berbuat apa-apa dengan yang tidak ada pada kita.  Jika kita hanya berpikir apa yang kita tidak punyai, kita tidak akan berbuat apa-apa.

Untuk cacat tertentu, memang tidak akan bisa mendaftar di AKABRI atau beberapa profesi tertentu, namun di muka bumi ini ada ribuan jenis profesi dan jenis kehidupan yang memberi peluang untuk maju,  jika kita mau.  Cacat fisik bukan batas untuk sukses, asal tekun, ulet, gigih pasti akhirnya bisa berhasil.

Keadaan fisik bukan kendala untuk sukses.  Yang menjadi halangan adalah kalau saudara berpikir bahwa keadaan fisik saudara menghalangi sukses.  Karena itu ubah pikiran saudara, tembuslah batas itu, raih prestasi tertinggi dan hidup maksimal.

Sabtu, 10 Agustus 2013

Inspirasi Sekolah Minggu

Guru sekolah minggu itu hampir nggak punya duit
Guru sekolah minggu itu hampir nggak punya dukungan dari pejabat gereja
Guru sekolah minggu itu hampir tidak dikenal gembala/pendetanya
Guru sekolah minggu itu hampir nggak ada fasilitas
Guru sekolah minggu itu harus selalu berkorban
Guru sekolah minggu itu harus serba bisa
Guru sekolah minggu itu harus jadi teladan
Guru sekolah minggu itu harus ikut aturan gereja dewasa
Guru sekolah minggu itu harus bisa memanfaatkan barang yang ada / barang bekas
Guru sekolah minggu itu sering merasa minder karena pelayanannya tidak dianggap
Guru sekolah minggu itu sering dimarahi kalau pelayanannya tidak beres
Guru sekolah minggu itu sering serba salah: lama dimarahi, cepet juga dimarahi
Guru sekolah minggu itu sering bingung: mengajukan anggaran banyak dipotong
Guru sekolah minggu itu sering bertanya: mengapa pelayanannya dianaktirikan
Guru sekolah minggu itu sering mengeluh: yang lain dapat apresiasi, kami tidak
Guru sekolah minggu itu dituntut maksimal meskipun kondisi minimal
Guru sekolah minggu itu sering berpikir: pelayanan kami adalah pelayanan yatim piatu, bapak rohani kami hampir tidak pernah mengunjungi kami

Tetapi sekalipun demikian, aku ingin mengajak teman teman GSM, banggalah sebagai guru sekolah minggu, sebab saat engkau menyambut anak-anak itu, engkau sedang menyambut YESUS (Matius 18:5) - Inspirasi Sekolah Minggu

Suara Hati Anak2 kita :

1. mam/pa, jangan risau apa yg belum bisa kulakukan, lihatlah apa yg sdh bisa kulakukan, lihatlah lbh byk kelebihanku.....

2. mam/pa, aku memang blm bisa berhitung, tapi lihatlah aku bisa bernyanyi &selalu tersenyum ceria....

3. Mam/pa, jgn keluhkan aku tdk bisa diam, lihatlah energiku ini, bukankah kalau aku jadi pemimpin aku butuh energi sebesar ini....

4. Ma/pa, jgn kau bandingkan aku dgn anak lain, lihatlah aku tdk pernah membandingkanmu dgn org tua yg lain, aku hanya satu

5. Ma/pa,jgn bosan dgn pertanyaanku, lihatlah besarnya rasa ingin tahuku, aku belajar dari rasa ingin tahu...

6.Ma/pa, jgn bentak2 aku, lihatlah aku punya perasaan, spt engkau juga memilikinya, aku sdg belajar memperlakukanmu kelak....

7. Ma/pa, jgn ancam2 aku, spt engkau juga tdk suka diancam org lain, lihatlah aku sdg belajar memahami keinginanmu

8. ma/pa, jgn lihat nilaiku yang rata2 atau biasa saja, lihatlah akumengerjakannya dgn jujur lihatlah aku sudah berusaha

9. ma/pa, aku memang belom bisa membaca, namun lihatlah aku bisa bercerita, pada saatnya aku akn bisa, aku butuh engkau percaya...

10. ma/pa, aku memang kurang mengerti matematika, tapi lihatlah aku suka berdoa, dan aku senang mendoakan yang terbaik untukmu...

11. ma/pa, aku memang banyak kekurangan, tapi aku juga punya kelebihan, bantu aku agar kelak kelebihanku berguna bagi sesama...

12. ma/pa, hubungan kita sepanjang zaman, bantu aku mengenalmu dgn cara aku belajar bgmn engkau mengenalku....

13. ma/pa, aku ingin mengenangmu sbg yg terbaik, ajari aku dgn melihat yg terbaik dariku, shg aku bangga menyebut Namamu...

14.Ma/pa, semoga kita punya cukup waktu untuk saling mengenal dan memahami, aku belajar melihatmu dari cara engkau melihatku.....

Cintailah anak2 kita

Selamat Hari Anak Nasional

Kamis, 02 Mei 2013

KISAH AYAH DAN ANAK (GAMBARAN KITA DENGAN TUHAN)

Ada seorang ayah yang mempunyai seorang anak. Ia sangat menyayangi anaknya. Suatu hari ketika si anak diajaknya keluar naik mobil, mereka pulang sangat larut. Di tengah jalan, si anak melepas seatbelt-nya karena merasa sangat gerah.
Ayahnya meminta anaknya untuk memakainya kembali tapi si anak menolak.
Dan benarlah ketika sampai di sebuah tikungan, tiba-tiba muncul sebuah
sepeda motor yang menyebabkan mobil mereka harus mengerem
dengan sangat mendadak. Ayahnya selamat, sedangkan anaknya terlempar
keluar melalui kaca depan dengan kepala duluan dan membentur aspal.

Langsung saja dilarikan ke rumah sakit. Si anak menderita gegar otak yang
cukup parah dan akhirnya harus buta, bisu dan tuli. Si ayah hanya bisa
memeluk sambil menangis. Karena anaknya tidak akan bisa mendengar,
tidak bisa melihat dan tidak bisa berbicara lagi.

Begitulah kehidupan ayah-anak itu.... Dia senantiasa menjaga anaknya....
Suatu ketika anaknya minta es, ayahnya tidak memberikannya
karena ayahnya tahu ia sedang panas dalam dan es akan memperparah
penyakitnya....

Di suatu musim dingin, anaknya ingin berjalan ke tempat yang hangat tetapi
langsung dicegahnya karena ternyata "tempat hangat" itu adalah sebuah gubuk
yang sedang terbakar....

Di kesempatan lain, ayahnya membuang liontin kesukaan anak itu.
Akibatnya si anak ngambek satu minggu.. Ayahnya sedih sekali karena ia
ingin memberitahu anaknya kalau liontin itu sudah berkarat dan bisa melukai
dirinya. Tapi keterbatasan komunikasi membuat si anak menyalahkan
ayahnya...

Apa daya yang bisa dilakukan sang ayah? Anaknya tidak bisa melihat,
mendengar maupun berbicara. Ia sangat rindu sekali untuk bersama-sama
dengan anaknya dan bermain-main seperti ayah-anak pada umumnya....

Teman-teman...apakah saat ini hubungan kita dengan Allah Bapa
seperti ayah dan anak itu?

Ketika Tuhan mengingatkan kita untuk memakai seatbelt itu, kita melepasnya karena dirasa terlalu ketat dan memaksa....Ketika Tuhan meminta kita untuk taat, kita malah melanggarnya. Akibatnya, kita semakin jauh dari Tuhan, jatuh ke dalam dosa, sehingga beberapa dari berkat kita harus diambil.....

Sudah begitu, kita semakin sulit berkomunikasi dengan Allah Bapa.
Kita selalu mengeluh, mengapa begini, mengapa begitu.. Seolah-olah yang kita inginkan selalu saja dicegah oleh Allah Bapa. Padahal,tahukah kita kalau Allah Bapa sedang menjauhkan kita dari sesuatu yang berbahaya? Seandainya kita selalu berkomunikasi denganNya lewat doa-doa kita
setiap hari, kita akan bisa tahu alasan mengapa Allah Bapa seperti ini kepada
kita....

Jangan pernah mencoba melepas seatbelt rohani itu ketika kamu masih dalam
sebuah mobil kehidupan yang melaju kencang di jalan raya....
Jangan pernah menyalahkan Tuhan. Ia tidak sejahat itu.
Semua rancanganNya adalah indah pada waktuNya... Komunikasi-lah selalu
dengan Tuhan setiap hari. Ambil saat teduh untuk bercakap-cakap dengan
Tuhan dan jadilah anakNya yang taat....^_^

In HIS Love, "I Try Not Become A Man Of Success But Rather To Become A Man Of Value, Significance, Quality & Inspiration In Life" "God Has Not Called Me To Be Successful But He Has Called Me To Be Faithful" "If I Die Tomorrow..I'd Be Allright..Because I Believe..That After I'm Gone..The Spirit Carries On..." Amen


CREATED BY : KAK'YUDI

Selasa, 16 April 2013

Ketika Anak Umur 3 Tahun Melihat Sorga


Anak berumur tiga tahun ini sangat cerdas dan menggemaskan, namanya Calton Todd Burpo. Namun diusianya yang sangat muda itu, maut hampir saja menjemputnya.

“Ia mulai muntah-muntah di toilet, dan mulanya kami pikir virus di perut karena kata dokter memang sedang terjadi saat ini,” tutur ayahnya, Todd Burpo.

Tapi kondisi Calton semakin buruk dalam beberapa hari kemudian. Dokternya kemudian menemukan ternyata usus buntu anak itu sudah pecah, dan infeksinya telah menyebar ke seluruh tubuhnya.

“kami tahu kondisinya buruk sekali,” ujar Todd Burpo.
Calton akhirnya dipisahkan dari pasien lainnya, dan akan segera dioperasi.
“Sangat berat sekali melihat anakmu sepertinya tidak bernyawa,” demikian perasaan yang diungkapkan Sonya, ibu Calton. “Padahal ia anak yang sangat bersemangat.”

Suami istri Burpo itu duduk di lorong rumah sakit sambil memeluk anak mereka yang terkulai tidak berdaya itu. Mereka hanya bisa saling berpandangan melihat anak laki-laki yang sangat mereka cintai tersebut.

“Kami pergi ke ruang persiapan operasi. Saya ingat mereka menarik dia di lorong rumah sakit dan ia berteriak, “Ayah, jangan biarkan mereka membawa saya.” Saya akhirnya kembali ke ruang persiapan operasi untuk mengambil beberapa barang. Saya akhirnya sendirian dan menangis. Saya marah kepada Tuhan, saya frustrasi dan saya menyerah.”

“Tuhan, setelah apa yang kami lakukan untuk-Mu, sekarang kamu ambil anakku? Beginikah cara-Mu memperlakukan hamba-hamba-Mu?” demikian jerit ayah Callton.

Sebaliknya, Ibu Calton menghubungi beberapa orang untuk doa berantai bagi kondisi anaknya yang memburuk. Operasi tersebut berjalan sekitar satu setengah jam dan kedua orangtua Calton menantikan dengan cemas di depan ruang operasi.
“Apakah ada ayah Calton disini?” demikian tanya seorang suster yang keluar dari ruang operasi.

“Ya, saya disini. Ada apa?”
“Calton sedang dalam pemulihan dan ia menjerit memanggil Anda.”
Todd Burpo akhirnya masuk dan menemani anaknya. Calton yang tergeletak tak berdaya memandang pada sang ayah.

“Pa tahu ngga saya hampir saja mati?” demikian ungkap Calton.

“Pikiran pertama saya, mungkin dia mendengar suster bicara. Mereka mungkin pikir Calton pingsan karena obat bius, padahal tidak. Tapi setelah empat bulan setelah operasi, akhirnya kami mendengar cerita sebenarnya dari anak kami.”

“Jadi saya waktu itu melihat sorga,” demikian tutur Calton. “Yesus dan malaikat-malaikatnya datang dan membawa saya ke sorga.”

“Calton, seperti apa rupa Yesus waktu itu,” tanya Todd.

“Saya tahu bahwa orang pertama yang saya lihat adalah Yesus. Ia mengenakan jubah putih dengan selempang ungu. Dan ia turun dengan indah dan anggun.”

“Yah, Yesus punya tanda-tanda..” demikian ujar Calton berulang-ulang.

“Calton, dimanakah tanda-tanda yang ada pada Yesus?”

Calton menjatuhkan mainannya dan berdiri, dia menunjuk ke telapak tangannya dengan jarinya, “Disini ayah..” Dia lalu membungkuk dan menyentuhkan ujung jarinya pada kakinya.

Dia lalu menatap ayahnya, “Disitulah tanda-tanda pada Yesus yah..”

Suatu hari saat Calton sedang bepergian dengan sang ayah, dia bertanya, “Ayah, engkau pernah punya kakek namanya Pop, bener ngga?”

“ya..” demikian jawab Todd.

“Dia sangat baik..”

Todd terkejut, “Benarkah?”

“Iya, dulu ayah kecil suka main bersamanya dan memperbaiki sesuatu, bekerja bersama dia di peternakan dan berburu binatang bersamanya.”

“Bagaimana kamu bisa tahu hal itu?”

”Ya, saya diberitahu olehnya..”

Jadi sewaktu Calton di bawa ke sorga oleh Tuhan Yesus itu, dia di datangi seseorang bernama Pop. Dia bertanya, “Apakah kamu anaknya Todd?”

“Ya..” jawab Calton.

“Saya adalah kakek dari ayahmu.”

Jadi, di sorga itulah Calton bertemu dengan kakek buyutnya. Namun itu belumlah keseluruhan ceritanya. Suatu hari, saat ibunya sedang sibuk mengurus tagihan-tagihan rumah tangga, Calton datang dan berceloteh bahwa ia memilik dua adik perempuan. Padahal ia hanya punya seorang saudara perempuan bernama Casie.

“Akhirnya saya taruh tagihan-tagihan itu dan bertanya, “Apa maksudnya kamu punya dua adik perempuan?””

“Saya punya dua adik perempuan. Ibu pernah punya seorang bayi, mati di perut ibu.”

“Bagaimana kamu tahu bahwa kamu punya dua adik perempuan?”

“Dia yang beritahu saya,” demikian ungkap Calton sambil menggambarkan rupa adik perempuannya itu.

“Pertama kali dia melihat saya, dia datang dan memeluk saya,” ujar Calton.

Ternyata benar apa yang Calton katakana. Ibunya pernah keguguran, dan ia tidak pernah menyangka bahwa Calton telah bertemu adiknya itu.

“Ia menunggu kalian untuk datang ke sorga,” demikian ungkap Calton pada ibunya.

Ayah dan ibunya begitu terkesima mendengar celoteh bocah tiga tahun yang menceritakan tentang sorga itu dengan begitu detil. Todd penasaran, jika sorga begitu indah lalu mengapa Calton mau kembali ke bumi ini.

“Saya tahu saya akan meninggalkan sorga karena Yesus datang pada saya dan berkata, “Calton, kamu harus kembali pulang.” Walaupun saya tidak mau kembali, Ia katakana Ia menjawab doa ayah saya,” demikian tutur Calton.

“Saya ingat doa itu,” demikian kenang Todd,“itu doa yang tidak penuh hormat, kurang ajar, doa dengan berteriak kepada Tuhan. Dan Tuhan menjawab doa yang seperti itu..”

Saat ini Calton adalah seorang anak laki-laki yang sehat berumur 11 tahun. Ia terus membagikan dengan berani pengalamannya berada di sorga.

“Saya belajar bahwa Sorga itu nyata. Dan saya pikir Anda pasti akan menyukainya,” demikian ungkap Calton polos. (Kisah ini ditayangkan 8 Agustus 2011 dalam acara Solusi Life di O’Channel)

KASIH KRISTUS MENYERTAI KITA SEMUA.....

Rabu, 03 April 2013

HORMATILAH YESUS

HORMATILAH YESUS SAAT DI GEREJA 

 Gereja adalah “tubuh Kristus’ yang layaknya kita hormati dan muliakan. Gereja bukan berarti gedung yang megah dengan dinding yang dilapisi marmer Essenza atau Bianco Sardo dengan empat pilarnya yang megah serta ada gambar besar tentang penyaliban Yesus. Gereja bukan tempat peragaan busana karya Gianni, Versace, Kenzo, YSL dan lainnya. Gereja bukan tempat berkumpulnya ratu kecantikan yang memamerkan pahanya yang putih mulus ataupun bagian tubuh lainnya untuk dinilai ‘para penonton’. Gereja juga bukan tempat para muda-mudi saling merayu dan berkencan ataupun tempat bapak/ibu ‘kangen-kangenan’ sekaligus membahas bisnis, arisan dan berbagai urusan lainnya. Gereja bukan tempat untuk ngerumpi, tukar gosip dan mencari-cari kesalahan orang lain. Gereja bukan gedung bioskop atau arena hiburan yang dinikmati selama satu-dua jam lalu setelahnya tidak membekas di hati kita. Gereja adalah tempat ibadah bagi manusia berdosa yang telah diselamatkan, menerima Yesus dan menjadi pengikut-Nya yang disebut Kristen. Gereja untuk memuji, memuliakan dan menumpahkan ‘kerinduan’ kepada Yesus serta bersekutu dengan saudara seiman untuk saling mengasihi dan membangun. Gereja adalah tempat air mata diteteskan, tempat lutut bertelut, tempat hati yang menyembah dan berseru kepada Tuhan. Itulah gereja!! Gereja adalah tempat berkumpul dan bersekutunya orang-orang yang telah diselamatkan oleh anugerah Allah. Sehingga suara yang keluar dari gereja adalah ucapan syukur, pujian, penyembahan, serta doa kepada Allah. Tidak boleh ada yang lain!! Oleh karena itu, apabila kita hendak ke gereja sebaiknya....

1. JANGAN TERLAMBAT! Pada saat kita hendak bertemu seseorang yang kita hormati atau kasihi, kita tidak mau datang terlambat. Kita pasti mau datang lebih awal bila kita hendak bertemu pejabat negara, walikota, camat atau kepala desa. Kita pasti mau datang lebih awal bila kita punya janji dengan kekasih kita. Seharusnya pergi ke gereja juga demikian. Ibadah mulai jam 07.00, kita datang jam 07.00 atau paling tidak 15 menit sebelumnya. Jangan sampai ibadah jam 07.00 kita datang jam 07.30, karena alasan belum pakai dasi-lah, belum pakai lipstik-lah, makan-lah, macet-lah, dll. Ironis sekali! Doa dan ucapan syukur kita diabaikan Tuhan karena kita terlambat. Harusnya kita benar-benar sadar: Kita yang butuh Dia, bukan Dia yang butuh kita.

2. JANGAN BERPAKAIAN TIDAK SENONOH! Kita ke gereja mungkin untuk mengusir iblis ataupun roh-roh jahat yang mengganggu kita, roh ketakutan, roh kemalasan, roh kerakusan, roh gila hormat, roh pencari kesalahan..dll, tetapi kita masuk gereja kadang didampingi roh ‘Inem pelayan sexy’. Bayangkan saja, oom-oom yang berusia 70 tahun sampai ‘melotot’ melihat rok yang terlalu tinggi atau belahan dada yang terlalu rendah dan bahu/punggung yang tidak tertutup. Orang dikatakan berzinah bila melihat seseorang dan mengingininya, tetapi lebih berdosa orang membuat dirinya diingini oleh orang lain. Bukankah lebih baik menjaga kesucian hidup kita sekaligus menjaga kesucian pikiran orang lain dengan berpakaian sopan (I Tim 2:9). Pikirkan saja, jika kita berpakaian seronok, maka bisa jadi dalam persekutuan ibadah ada beberapa orang yang pikirannya tidak ‘bersih’ dan mencemari kesucian ibadah itu. Kita berpakaian rapi dan sopan saat kita hendak bertemu presiden, pejabat negara, atau orang-orang terhormat, apalagi yang kita temui di dalam gereja adalah Tuhan Yesus Kristus, Raja di atas segala raja. Apakah kita mau mengusik kehadiran-Nya hanya dengan cara berpakaian kita yang tidak berkenan di hati-Nya?

3. JANGAN USIL! Berangkat dari rumah sampai di gereja, kita sudah banyak bicara kepada suami/istri/adik/kakak/sahabat/anak/kekasih. Di dalam gereja, janganlah kita masih memanjakan lidah kita. Kita tanya ini-lah, tanya itu-lah, ngantuk-lah, komentar ini, komentar itu, lupa bawa tissue, lupa bawa permen, kirim sms-lah, dsb. Saat lidah kita ‘usil’, hati Tuhan sedih. Kehadiran-Nya tidak kita anggap. Kita mengabaikan-Nya. Selain itu kita pasti mengganggu saudara seiman yang sedang beribadah di sekitar kita. Tahu dirilah dan bicaralah seperlunya!

4. JANGAN SOK RAMAH DAN SOK SIBUK! Hal ini lebih banyak dilakukan dan sering dilakukan pengurus, pengerja atau aktivis gereja, tetapi jemaat (kita) kadang melakukannya juga. Kita berdoa, pada doa pembukaan agar Roh Kudus ambil alih acara ibadah kita, tetapi ketika ibadah berlangsung, waktu pujian dan khotbah, kita juga mulai beraksi. Apalagi bila para aktivis sudah duduk berkelompok di bagian belakang, gereja seolah-olah tempat untuk ngerumpi. Eh, minggu depan siapa yang jadi WL-nya? Siapa yang khotbah? Dasinya bagus, beli di mana? Wah, HP kamu baru, ya? Bagaimana kabar pacarmu? Ada juga yang sibuk bbm-an, dsb. Lalu bagaimana hati kita bisa ditaburi Firman Tuhan?

5. JANGAN MEMPERSEMBAHKAN YANG JELEK! Saat memberi persembahan atau perpuluhan, kadang kita tidak sadar saat mengambil uang dan meremas-remas atau melipat-lipatnya sampai kusut. Maksudnya mungkin baik, agar ‘tangan kiri’ kita tidak mengetahuinya. Bukankah sebainya kita memberi kepada Tuhan dengan pemberian yang baik dan cara yang baik juga? Biasanya gereja menyediakan amplop untuk persembahan atau perpuluhan. Mengapa kita tidak mengambil uang kita yang masih baru/bagus dan memasukkannya ke dalam amplop saja?

6. JANGAN MENOLAK BERKAT! Entah karena bisnis atau alergi bersalaman dengan pendeta, pekerja atau aktivis gereja, beberapa dari kita sering meninggalkan ruang ibadah sebelum ibadah selesai. Ketika lagu dan doa penutup, kita sudah meninggalkan ruangan. Sadar atau tidak, kita telah meninggalkan ibadah pada saat berkat dicurahkan. Ketika doa berkat disampaikan hamba-Nya dari mimbar gereja dan lagu “Trima kasih Tuhan....” belum selesai kita sudah ngacir pergi! Bukankah itu tidak sopan dan merugikan diri kita sendiri? Kita telah memulainya dengan baik, tetapi sayang, kita mengakhirinya dengan tidak baik dan bodoh! Ibadah kita menjadi tidak lengkap dan sia-sia. Jangan melukai hati Tuhan. Untuk apa kita ke gereja, bila kehadiran kita membuat hati-Nya bertambah luka dengan sikap kita itu? Dan barangkali Yesus akan berkata: “Untuk apa aku datang dalam pertemuan ibadahmu, bila kamu mengacuhkan-Ku dan menghina-Ku dengan tata caramu seperti itu?!” Bila dibandingkan dengan tata ibadah bangsa Israel zaman dulu, ibadah kita terkesan lebih bebas. Bayangkan, bila kita berada di sana, di dalam Bait Allah, dan kita tidak menghormati-Nya, maka pada saat itu juga kita pasti kena tulah (kutuk), bisa jadi kita langsung mati di tempat. Hanya karena kesalahan atau keteledoran kecil saja, Tuhan sudah menganggap kita tidak menghormati hadirat-Nya!! Seharusnya kita lebih bersyukur karena Tuhan ‘fleksibel’ dengan anak-anak-Nya pada akhir zaman ini. Ia tidak terlalu mementingkan tata cara dan pola materiil, tetapi ketulusan dan kesungguhan hati kita. Namun, bukan berarti kita boleh semau kita sendiri saat kita datang bersekutu dengan-Nya. Bukankah cara-cara kita beribadah di gereja juga menunjukkan serius atau tidak kita menghampiri hadirat-Nya. Renungkanlah! (Yd)