Buku Battle Hymn of the Tiger Mother melahirkan sebutan tiger parents,
tiger mothers, bahkan tiger cubs.Tepat pada masa buku Battle Hymn
menimbulkan kehebohan, adalah Su Yeong Kim, associate professor untuk
bidang Human Development and Family science di University of Texas.
Waktu itu penelitiannya terhadap 300 keluarga orang-orang beretnik Asia di AS sudah menginjak tahun ke sepuluh. Penelitiannya berawal dari paradoks yang muncul di kalangan keluarga-keluarga Asia di AS.
Banyak ibu-ibu Asia mendidik anak-anak mereka dengan tangan besi,
menerapkan disiplin dan tuntutan akademik ambisius kepada anak-anaknya,
dan toh anak-anak mereka meraih prestasi akademik gemilang. Itu kesan
umum yang tertangkap oleh publik. Ia tergelitik untuk membuktikan lewat
riset, benarkah kenyataannya demikian?
Mengapa dalam
keluarga-keluarga Amerika non-imigran dengan latar belakang Eropa dan
Amerika, pendekatan otoriter dalam parenting terbukti menghasilkan
anak-anak yang tertekan dan pecundang?
Respondennya sebagian
besar dipilih yang kelahiran Asia, sebagian besar Hongkong dan Cina
Selatan. Pada umumnya pendidikan mereka rendah dengan penghasilan juga
rendah. Anak-anak mereka 75%-nya kelahiran AS.
Maret 2013 Su
mengumumkan hasil penelitian yang ditunggu-tunggu tersebut. Ternyata,
“anak-anak macan” yang dididik secara keras dengan tuntutan tinggi dan
disiplin mati oleh “orangtua macan”, prestasi dan keberhasilan
akademiknya rendah.
Mereka lebih sulit beradaptasi, terisolasi
dalam keluarga ketimbang anak-anak dari orangtua yang lebih suportif dan
nyantai. Kesimpulan ini sesuai benar dengan banyak hasil penelitian
selama ini.
Di sisi lain, success stories juga ada, seperti
yang diungkapkan oleh Sophia Chua di New York Post (“Why I Love My
Strict Chinese Mom”- nypost.com), juga Grace Liu di CNN (“Why Tiger Moms
are Great”- cnn.com).
Tetapi nyatalah, hasil penelitian Su
menyimpulkan, orangtua macan sering kali malah melahirkan anak-anak ayam
yang penakut dan pecundang.
Sumber: Kompas Female
Tidak ada komentar:
Posting Komentar