Rabu, 18 Desember 2013

MUSIM KE GEREJA

Disadari atau tidak, pada bulan Desember, biasanya semangat keagamaan orang Kristen melonjak tajam. Gereja mulai dipenuhi oleh orang-orang yang pada bulan-bulan sebelumnya malas ke gereja. Bangku-bangku gereja yang biasanya kosong, sekarang terisi semua, bahkan bangku cadangan pun mulai dipasang. Keluarga-keluarga yang biasanya tidak lengkap datang ke gereja, sekarang mulai datang secara bersamaan, tampak harmonis dan menyenangkan untuk dipandang.
 

Entah bagaimana ceritanya bila bulan Desember tiba atau bila mendekati perayaan Natal, orang Kristen yang “tertidur” kembali terbangun. Entah karena suara lonceng gereja atau karena senandung lagu-lagu Natal yang berkumandang di mana-mana. Mereka mulai ‘menyempatkan diri’ untuk pergi beribadah ke gereja, mungkin dengan sungguh-sungguh untuk ‘menebus dosa’ karena sepanjang tahun telah melupakan Tuhan; atau mungkin hanya sekedar memenuhi tuntutan masyarakat, bahwa orang Kristen harus ke gereja, paling tidak menjelang Hari Raya keagamaannya; atau mungkin memenuhi tuntutan gerejani karena dia seorang anggota majelis gereja atau diangkat menjadi salah seorang dari panitia Natal.
Bukan cuma semangat untuk beribadah ke gereja saja yang melonjak pada bulan Desember atau menjelang Natal, orang Kristen tiba-tiba berubah menjadi ‘murah hati’ kepada gereja dan kaum papa. Mereka tidak segan-segan mengeluarkan uang untuk dana Natal dan aksi-aksi sosial Natal bagi orang-orang yang berkekurangan, padahal pada hari-hari sebelumnya mereka terkenal ‘pelit.’
Bukan tidak boleh, tetapi mengapa semua itu dilakukan hanya di sekitar nuansa Natal? Mengapa ke gereja harus ada musimnya? Mengapa berbuat baik harus menunggu waktu khusus? Bukankah seharusnya itu sudah menjadi gerak dan irama hidup orang Kristen? Bukankah seharusnya ibadah dan perbuatan baik kita merupakan wujud kasih kita kepada Allah dan kepada sesama?
Firman Tuhan mengatakan: Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang Hari Tuhan yang mendekat. (Ibrani 10:25). Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang, Tuhan sudah dekat! (Filipi 4:5). Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik (2 Tesalonika 3:13). Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi...(1 Timotius 6:18). ....dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik ( Titus 2:14). Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah (Ibrani 13:16).
 

Bukankah ayat-ayat Firman Tuhan itu sudah cukup memberi kita penjelasan bahwa ibadah kita kepada Allah dan perbuatan baik kita kepada sesama tidak tergantung musim? Semua itu harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Bukan hanya waktu Natal saja, melainkan setiap hari selama kita hidup di dunia, kita harus menjadi teladan dalam ibadah kita, hidup kita, perkataan kita, dan perbuatan baik kita.
 

Kita harus berbakti kepada Allah dengan segenap hati kita, waktu kita, kepandaian kita, kekuatan kita, dan semua yang kita miliki yang telah dianugerahkan Allah kepada kita. Kita juga harus mengasihi sesama kita, apalagi orang-orang yang dalam penderitaan, seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Bagaimana kita dapat mengasihi Tuhan bila pergi ke gereja saja hanya pada waktu Natal? Bagaimana kita bisa mengasihi sesama kita, bila kita berbuat baik hanya bila mendekati Natal saja? Jangan puas menjadi orang Kristen “kapal selam” atau “Sinterklas” saja. Jadilah orang Kristen sejati, itu artinya mengikuti pola hidup Yesus Kristus yang kita ikuti jejaknya.
 

Merayakan Natal baik, tetapi jangan sampai Kristus hanya menjadi bayi kecil yang tidak pernah menjadi besar dan dewasa dalam hati kita. Setiap Natal kembali Ia lahir dalam hati kita, tetapi setelah itu, ia menjadi kerdil, kurus, tidak pernah makan dan akhirnya mati. Melakukan aksi sosial Natal baik, tetapi mengapa tidak kita lakukan setiap hari saja?
 

Lihatlah sekelilingmu, adakah seseorang yang perlu dihibur, dikuatkan, dinasihati dan dibantu? Lakukanlah bukan pada musim Natal saja, melainkan sepanjang Anda bisa melakukannya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar