Disadari atau tidak, pada bulan Desember, biasanya semangat keagamaan
orang Kristen melonjak tajam. Gereja mulai dipenuhi oleh orang-orang
yang pada bulan-bulan sebelumnya malas ke gereja. Bangku-bangku gereja
yang biasanya kosong, sekarang terisi semua, bahkan bangku cadangan pun
mulai dipasang. Keluarga-keluarga yang biasanya tidak lengkap datang ke
gereja, sekarang mulai datang secara bersamaan, tampak harmonis dan menyenangkan untuk dipandang.
Entah bagaimana ceritanya bila bulan Desember tiba atau bila mendekati
perayaan Natal, orang Kristen yang “tertidur” kembali terbangun. Entah
karena suara lonceng gereja atau karena senandung lagu-lagu Natal yang
berkumandang di mana-mana. Mereka mulai ‘menyempatkan diri’ untuk pergi
beribadah ke gereja, mungkin dengan sungguh-sungguh untuk ‘menebus dosa’
karena sepanjang tahun telah melupakan Tuhan; atau mungkin hanya
sekedar memenuhi tuntutan masyarakat, bahwa orang Kristen harus ke
gereja, paling tidak menjelang Hari Raya keagamaannya; atau mungkin
memenuhi tuntutan gerejani karena dia seorang anggota majelis gereja
atau diangkat menjadi salah seorang dari panitia Natal.
Bukan cuma
semangat untuk beribadah ke gereja saja yang melonjak pada bulan
Desember atau menjelang Natal, orang Kristen tiba-tiba berubah menjadi
‘murah hati’ kepada gereja dan kaum papa. Mereka tidak segan-segan
mengeluarkan uang untuk dana Natal dan aksi-aksi sosial Natal bagi
orang-orang yang berkekurangan, padahal pada hari-hari sebelumnya mereka
terkenal ‘pelit.’
Bukan tidak boleh, tetapi mengapa semua itu
dilakukan hanya di sekitar nuansa Natal? Mengapa ke gereja harus ada
musimnya? Mengapa berbuat baik harus menunggu waktu khusus? Bukankah
seharusnya itu sudah menjadi gerak dan irama hidup orang Kristen?
Bukankah seharusnya ibadah dan perbuatan baik kita merupakan wujud kasih
kita kepada Allah dan kepada sesama?
Firman Tuhan mengatakan:
Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita,
seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling
menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang Hari Tuhan yang
mendekat. (Ibrani 10:25). Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua
orang, Tuhan sudah dekat! (Filipi 4:5). Dan kamu, saudara-saudara,
janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik (2 Tesalonika 3:13).
Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam
kebajikan, suka memberi dan membagi...(1 Timotius 6:18). ....dan untuk
menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin
berbuat baik ( Titus 2:14). Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan
memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan
kepada Allah (Ibrani 13:16).
Bukankah ayat-ayat Firman Tuhan itu
sudah cukup memberi kita penjelasan bahwa ibadah kita kepada Allah dan
perbuatan baik kita kepada sesama tidak tergantung musim? Semua itu
harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Bukan hanya
waktu Natal saja, melainkan setiap hari selama kita hidup di dunia, kita
harus menjadi teladan dalam ibadah kita, hidup kita, perkataan kita,
dan perbuatan baik kita.
Kita harus berbakti kepada Allah dengan
segenap hati kita, waktu kita, kepandaian kita, kekuatan kita, dan semua
yang kita miliki yang telah dianugerahkan Allah kepada kita. Kita juga
harus mengasihi sesama kita, apalagi orang-orang yang dalam penderitaan,
seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Bagaimana kita dapat
mengasihi Tuhan bila pergi ke gereja saja hanya pada waktu Natal?
Bagaimana kita bisa mengasihi sesama kita, bila kita berbuat baik hanya
bila mendekati Natal saja? Jangan puas menjadi orang Kristen “kapal
selam” atau “Sinterklas” saja. Jadilah orang Kristen sejati, itu artinya
mengikuti pola hidup Yesus Kristus yang kita ikuti jejaknya.
Merayakan Natal baik, tetapi jangan sampai Kristus hanya menjadi bayi
kecil yang tidak pernah menjadi besar dan dewasa dalam hati kita. Setiap
Natal kembali Ia lahir dalam hati kita, tetapi setelah itu, ia menjadi
kerdil, kurus, tidak pernah makan dan akhirnya mati. Melakukan aksi
sosial Natal baik, tetapi mengapa tidak kita lakukan setiap hari saja?
Lihatlah sekelilingmu, adakah seseorang yang perlu dihibur, dikuatkan,
dinasihati dan dibantu? Lakukanlah bukan pada musim Natal saja,
melainkan sepanjang Anda bisa melakukannya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar