HORMATILAH YESUS SAAT DI GEREJA
Gereja adalah “tubuh Kristus’ yang layaknya kita hormati dan muliakan. Gereja bukan berarti gedung yang megah dengan dinding yang dilapisi marmer Essenza atau Bianco Sardo dengan empat pilarnya yang megah serta ada gambar besar tentang penyaliban Yesus. Gereja bukan tempat peragaan busana karya Gianni, Versace, Kenzo, YSL dan lainnya. Gereja bukan tempat berkumpulnya ratu kecantikan yang memamerkan pahanya yang putih mulus ataupun bagian tubuh lainnya untuk dinilai ‘para penonton’. Gereja juga bukan tempat para muda-mudi saling merayu dan berkencan ataupun tempat bapak/ibu ‘kangen-kangenan’ sekaligus membahas bisnis, arisan dan berbagai urusan lainnya. Gereja bukan tempat untuk ngerumpi, tukar gosip dan mencari-cari kesalahan orang lain. Gereja bukan gedung bioskop atau arena hiburan yang dinikmati selama satu-dua jam lalu setelahnya tidak membekas di hati kita. Gereja adalah tempat ibadah bagi manusia berdosa yang telah diselamatkan, menerima Yesus dan menjadi pengikut-Nya yang disebut Kristen. Gereja untuk memuji, memuliakan dan menumpahkan ‘kerinduan’ kepada Yesus serta bersekutu dengan saudara seiman untuk saling mengasihi dan membangun. Gereja adalah tempat air mata diteteskan, tempat lutut bertelut, tempat hati yang menyembah dan berseru kepada Tuhan. Itulah gereja!! Gereja adalah tempat berkumpul dan bersekutunya orang-orang yang telah diselamatkan oleh anugerah Allah. Sehingga suara yang keluar dari gereja adalah ucapan syukur, pujian, penyembahan, serta doa kepada Allah. Tidak boleh ada yang lain!! Oleh karena itu, apabila kita hendak ke gereja sebaiknya....
1. JANGAN TERLAMBAT! Pada saat kita hendak bertemu seseorang yang kita hormati atau kasihi, kita tidak mau datang terlambat. Kita pasti mau datang lebih awal bila kita hendak bertemu pejabat negara, walikota, camat atau kepala desa. Kita pasti mau datang lebih awal bila kita punya janji dengan kekasih kita. Seharusnya pergi ke gereja juga demikian. Ibadah mulai jam 07.00, kita datang jam 07.00 atau paling tidak 15 menit sebelumnya. Jangan sampai ibadah jam 07.00 kita datang jam 07.30, karena alasan belum pakai dasi-lah, belum pakai lipstik-lah, makan-lah, macet-lah, dll. Ironis sekali! Doa dan ucapan syukur kita diabaikan Tuhan karena kita terlambat. Harusnya kita benar-benar sadar: Kita yang butuh Dia, bukan Dia yang butuh kita.
2. JANGAN BERPAKAIAN TIDAK SENONOH! Kita ke gereja mungkin untuk mengusir iblis ataupun roh-roh jahat yang mengganggu kita, roh ketakutan, roh kemalasan, roh kerakusan, roh gila hormat, roh pencari kesalahan..dll, tetapi kita masuk gereja kadang didampingi roh ‘Inem pelayan sexy’. Bayangkan saja, oom-oom yang berusia 70 tahun sampai ‘melotot’ melihat rok yang terlalu tinggi atau belahan dada yang terlalu rendah dan bahu/punggung yang tidak tertutup. Orang dikatakan berzinah bila melihat seseorang dan mengingininya, tetapi lebih berdosa orang membuat dirinya diingini oleh orang lain. Bukankah lebih baik menjaga kesucian hidup kita sekaligus menjaga kesucian pikiran orang lain dengan berpakaian sopan (I Tim 2:9). Pikirkan saja, jika kita berpakaian seronok, maka bisa jadi dalam persekutuan ibadah ada beberapa orang yang pikirannya tidak ‘bersih’ dan mencemari kesucian ibadah itu. Kita berpakaian rapi dan sopan saat kita hendak bertemu presiden, pejabat negara, atau orang-orang terhormat, apalagi yang kita temui di dalam gereja adalah Tuhan Yesus Kristus, Raja di atas segala raja. Apakah kita mau mengusik kehadiran-Nya hanya dengan cara berpakaian kita yang tidak berkenan di hati-Nya?
3. JANGAN USIL! Berangkat dari rumah sampai di gereja, kita sudah banyak bicara kepada suami/istri/adik/kakak/sahabat/anak/kekasih. Di dalam gereja, janganlah kita masih memanjakan lidah kita. Kita tanya ini-lah, tanya itu-lah, ngantuk-lah, komentar ini, komentar itu, lupa bawa tissue, lupa bawa permen, kirim sms-lah, dsb. Saat lidah kita ‘usil’, hati Tuhan sedih. Kehadiran-Nya tidak kita anggap. Kita mengabaikan-Nya. Selain itu kita pasti mengganggu saudara seiman yang sedang beribadah di sekitar kita. Tahu dirilah dan bicaralah seperlunya!
4. JANGAN SOK RAMAH DAN SOK SIBUK! Hal ini lebih banyak dilakukan dan sering dilakukan pengurus, pengerja atau aktivis gereja, tetapi jemaat (kita) kadang melakukannya juga. Kita berdoa, pada doa pembukaan agar Roh Kudus ambil alih acara ibadah kita, tetapi ketika ibadah berlangsung, waktu pujian dan khotbah, kita juga mulai beraksi. Apalagi bila para aktivis sudah duduk berkelompok di bagian belakang, gereja seolah-olah tempat untuk ngerumpi. Eh, minggu depan siapa yang jadi WL-nya? Siapa yang khotbah? Dasinya bagus, beli di mana? Wah, HP kamu baru, ya? Bagaimana kabar pacarmu? Ada juga yang sibuk bbm-an, dsb. Lalu bagaimana hati kita bisa ditaburi Firman Tuhan?
5. JANGAN MEMPERSEMBAHKAN YANG JELEK! Saat memberi persembahan atau perpuluhan, kadang kita tidak sadar saat mengambil uang dan meremas-remas atau melipat-lipatnya sampai kusut. Maksudnya mungkin baik, agar ‘tangan kiri’ kita tidak mengetahuinya. Bukankah sebainya kita memberi kepada Tuhan dengan pemberian yang baik dan cara yang baik juga? Biasanya gereja menyediakan amplop untuk persembahan atau perpuluhan. Mengapa kita tidak mengambil uang kita yang masih baru/bagus dan memasukkannya ke dalam amplop saja?
6. JANGAN MENOLAK BERKAT! Entah karena bisnis atau alergi bersalaman dengan pendeta, pekerja atau aktivis gereja, beberapa dari kita sering meninggalkan ruang ibadah sebelum ibadah selesai. Ketika lagu dan doa penutup, kita sudah meninggalkan ruangan. Sadar atau tidak, kita telah meninggalkan ibadah pada saat berkat dicurahkan. Ketika doa berkat disampaikan hamba-Nya dari mimbar gereja dan lagu “Trima kasih Tuhan....” belum selesai kita sudah ngacir pergi! Bukankah itu tidak sopan dan merugikan diri kita sendiri? Kita telah memulainya dengan baik, tetapi sayang, kita mengakhirinya dengan tidak baik dan bodoh! Ibadah kita menjadi tidak lengkap dan sia-sia. Jangan melukai hati Tuhan. Untuk apa kita ke gereja, bila kehadiran kita membuat hati-Nya bertambah luka dengan sikap kita itu? Dan barangkali Yesus akan berkata: “Untuk apa aku datang dalam pertemuan ibadahmu, bila kamu mengacuhkan-Ku dan menghina-Ku dengan tata caramu seperti itu?!” Bila dibandingkan dengan tata ibadah bangsa Israel zaman dulu, ibadah kita terkesan lebih bebas. Bayangkan, bila kita berada di sana, di dalam Bait Allah, dan kita tidak menghormati-Nya, maka pada saat itu juga kita pasti kena tulah (kutuk), bisa jadi kita langsung mati di tempat. Hanya karena kesalahan atau keteledoran kecil saja, Tuhan sudah menganggap kita tidak menghormati hadirat-Nya!! Seharusnya kita lebih bersyukur karena Tuhan ‘fleksibel’ dengan anak-anak-Nya pada akhir zaman ini. Ia tidak terlalu mementingkan tata cara dan pola materiil, tetapi ketulusan dan kesungguhan hati kita. Namun, bukan berarti kita boleh semau kita sendiri saat kita datang bersekutu dengan-Nya. Bukankah cara-cara kita beribadah di gereja juga menunjukkan serius atau tidak kita menghampiri hadirat-Nya. Renungkanlah! (Yd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar