Selasa, 16 April 2013
Ketika Anak Umur 3 Tahun Melihat Sorga
Anak berumur tiga tahun ini sangat cerdas dan menggemaskan, namanya Calton Todd Burpo. Namun diusianya yang sangat muda itu, maut hampir saja menjemputnya.
“Ia mulai muntah-muntah di toilet, dan mulanya kami pikir virus di perut karena kata dokter memang sedang terjadi saat ini,” tutur ayahnya, Todd Burpo.
Tapi kondisi Calton semakin buruk dalam beberapa hari kemudian. Dokternya kemudian menemukan ternyata usus buntu anak itu sudah pecah, dan infeksinya telah menyebar ke seluruh tubuhnya.
“kami tahu kondisinya buruk sekali,” ujar Todd Burpo.
Calton akhirnya dipisahkan dari pasien lainnya, dan akan segera dioperasi.
“Sangat berat sekali melihat anakmu sepertinya tidak bernyawa,” demikian perasaan yang diungkapkan Sonya, ibu Calton. “Padahal ia anak yang sangat bersemangat.”
Suami istri Burpo itu duduk di lorong rumah sakit sambil memeluk anak mereka yang terkulai tidak berdaya itu. Mereka hanya bisa saling berpandangan melihat anak laki-laki yang sangat mereka cintai tersebut.
“Kami pergi ke ruang persiapan operasi. Saya ingat mereka menarik dia di lorong rumah sakit dan ia berteriak, “Ayah, jangan biarkan mereka membawa saya.” Saya akhirnya kembali ke ruang persiapan operasi untuk mengambil beberapa barang. Saya akhirnya sendirian dan menangis. Saya marah kepada Tuhan, saya frustrasi dan saya menyerah.”
“Tuhan, setelah apa yang kami lakukan untuk-Mu, sekarang kamu ambil anakku? Beginikah cara-Mu memperlakukan hamba-hamba-Mu?” demikian jerit ayah Callton.
Sebaliknya, Ibu Calton menghubungi beberapa orang untuk doa berantai bagi kondisi anaknya yang memburuk. Operasi tersebut berjalan sekitar satu setengah jam dan kedua orangtua Calton menantikan dengan cemas di depan ruang operasi.
“Apakah ada ayah Calton disini?” demikian tanya seorang suster yang keluar dari ruang operasi.
“Ya, saya disini. Ada apa?”
“Calton sedang dalam pemulihan dan ia menjerit memanggil Anda.”
Todd Burpo akhirnya masuk dan menemani anaknya. Calton yang tergeletak tak berdaya memandang pada sang ayah.
“Pa tahu ngga saya hampir saja mati?” demikian ungkap Calton.
“Pikiran pertama saya, mungkin dia mendengar suster bicara. Mereka mungkin pikir Calton pingsan karena obat bius, padahal tidak. Tapi setelah empat bulan setelah operasi, akhirnya kami mendengar cerita sebenarnya dari anak kami.”
“Jadi saya waktu itu melihat sorga,” demikian tutur Calton. “Yesus dan malaikat-malaikatnya datang dan membawa saya ke sorga.”
“Calton, seperti apa rupa Yesus waktu itu,” tanya Todd.
“Saya tahu bahwa orang pertama yang saya lihat adalah Yesus. Ia mengenakan jubah putih dengan selempang ungu. Dan ia turun dengan indah dan anggun.”
“Yah, Yesus punya tanda-tanda..” demikian ujar Calton berulang-ulang.
“Calton, dimanakah tanda-tanda yang ada pada Yesus?”
Calton menjatuhkan mainannya dan berdiri, dia menunjuk ke telapak tangannya dengan jarinya, “Disini ayah..” Dia lalu membungkuk dan menyentuhkan ujung jarinya pada kakinya.
Dia lalu menatap ayahnya, “Disitulah tanda-tanda pada Yesus yah..”
Suatu hari saat Calton sedang bepergian dengan sang ayah, dia bertanya, “Ayah, engkau pernah punya kakek namanya Pop, bener ngga?”
“ya..” demikian jawab Todd.
“Dia sangat baik..”
Todd terkejut, “Benarkah?”
“Iya, dulu ayah kecil suka main bersamanya dan memperbaiki sesuatu, bekerja bersama dia di peternakan dan berburu binatang bersamanya.”
“Bagaimana kamu bisa tahu hal itu?”
”Ya, saya diberitahu olehnya..”
Jadi sewaktu Calton di bawa ke sorga oleh Tuhan Yesus itu, dia di datangi seseorang bernama Pop. Dia bertanya, “Apakah kamu anaknya Todd?”
“Ya..” jawab Calton.
“Saya adalah kakek dari ayahmu.”
Jadi, di sorga itulah Calton bertemu dengan kakek buyutnya. Namun itu belumlah keseluruhan ceritanya. Suatu hari, saat ibunya sedang sibuk mengurus tagihan-tagihan rumah tangga, Calton datang dan berceloteh bahwa ia memilik dua adik perempuan. Padahal ia hanya punya seorang saudara perempuan bernama Casie.
“Akhirnya saya taruh tagihan-tagihan itu dan bertanya, “Apa maksudnya kamu punya dua adik perempuan?””
“Saya punya dua adik perempuan. Ibu pernah punya seorang bayi, mati di perut ibu.”
“Bagaimana kamu tahu bahwa kamu punya dua adik perempuan?”
“Dia yang beritahu saya,” demikian ungkap Calton sambil menggambarkan rupa adik perempuannya itu.
“Pertama kali dia melihat saya, dia datang dan memeluk saya,” ujar Calton.
Ternyata benar apa yang Calton katakana. Ibunya pernah keguguran, dan ia tidak pernah menyangka bahwa Calton telah bertemu adiknya itu.
“Ia menunggu kalian untuk datang ke sorga,” demikian ungkap Calton pada ibunya.
Ayah dan ibunya begitu terkesima mendengar celoteh bocah tiga tahun yang menceritakan tentang sorga itu dengan begitu detil. Todd penasaran, jika sorga begitu indah lalu mengapa Calton mau kembali ke bumi ini.
“Saya tahu saya akan meninggalkan sorga karena Yesus datang pada saya dan berkata, “Calton, kamu harus kembali pulang.” Walaupun saya tidak mau kembali, Ia katakana Ia menjawab doa ayah saya,” demikian tutur Calton.
“Saya ingat doa itu,” demikian kenang Todd,“itu doa yang tidak penuh hormat, kurang ajar, doa dengan berteriak kepada Tuhan. Dan Tuhan menjawab doa yang seperti itu..”
Saat ini Calton adalah seorang anak laki-laki yang sehat berumur 11 tahun. Ia terus membagikan dengan berani pengalamannya berada di sorga.
“Saya belajar bahwa Sorga itu nyata. Dan saya pikir Anda pasti akan menyukainya,” demikian ungkap Calton polos. (Kisah ini ditayangkan 8 Agustus 2011 dalam acara Solusi Life di O’Channel)
KASIH KRISTUS MENYERTAI KITA SEMUA.....
Rabu, 03 April 2013
HORMATILAH YESUS
HORMATILAH YESUS SAAT DI GEREJA
Gereja adalah “tubuh Kristus’ yang layaknya kita hormati dan muliakan. Gereja bukan berarti gedung yang megah dengan dinding yang dilapisi marmer Essenza atau Bianco Sardo dengan empat pilarnya yang megah serta ada gambar besar tentang penyaliban Yesus. Gereja bukan tempat peragaan busana karya Gianni, Versace, Kenzo, YSL dan lainnya. Gereja bukan tempat berkumpulnya ratu kecantikan yang memamerkan pahanya yang putih mulus ataupun bagian tubuh lainnya untuk dinilai ‘para penonton’. Gereja juga bukan tempat para muda-mudi saling merayu dan berkencan ataupun tempat bapak/ibu ‘kangen-kangenan’ sekaligus membahas bisnis, arisan dan berbagai urusan lainnya. Gereja bukan tempat untuk ngerumpi, tukar gosip dan mencari-cari kesalahan orang lain. Gereja bukan gedung bioskop atau arena hiburan yang dinikmati selama satu-dua jam lalu setelahnya tidak membekas di hati kita. Gereja adalah tempat ibadah bagi manusia berdosa yang telah diselamatkan, menerima Yesus dan menjadi pengikut-Nya yang disebut Kristen. Gereja untuk memuji, memuliakan dan menumpahkan ‘kerinduan’ kepada Yesus serta bersekutu dengan saudara seiman untuk saling mengasihi dan membangun. Gereja adalah tempat air mata diteteskan, tempat lutut bertelut, tempat hati yang menyembah dan berseru kepada Tuhan. Itulah gereja!! Gereja adalah tempat berkumpul dan bersekutunya orang-orang yang telah diselamatkan oleh anugerah Allah. Sehingga suara yang keluar dari gereja adalah ucapan syukur, pujian, penyembahan, serta doa kepada Allah. Tidak boleh ada yang lain!! Oleh karena itu, apabila kita hendak ke gereja sebaiknya....
1. JANGAN TERLAMBAT! Pada saat kita hendak bertemu seseorang yang kita hormati atau kasihi, kita tidak mau datang terlambat. Kita pasti mau datang lebih awal bila kita hendak bertemu pejabat negara, walikota, camat atau kepala desa. Kita pasti mau datang lebih awal bila kita punya janji dengan kekasih kita. Seharusnya pergi ke gereja juga demikian. Ibadah mulai jam 07.00, kita datang jam 07.00 atau paling tidak 15 menit sebelumnya. Jangan sampai ibadah jam 07.00 kita datang jam 07.30, karena alasan belum pakai dasi-lah, belum pakai lipstik-lah, makan-lah, macet-lah, dll. Ironis sekali! Doa dan ucapan syukur kita diabaikan Tuhan karena kita terlambat. Harusnya kita benar-benar sadar: Kita yang butuh Dia, bukan Dia yang butuh kita.
2. JANGAN BERPAKAIAN TIDAK SENONOH! Kita ke gereja mungkin untuk mengusir iblis ataupun roh-roh jahat yang mengganggu kita, roh ketakutan, roh kemalasan, roh kerakusan, roh gila hormat, roh pencari kesalahan..dll, tetapi kita masuk gereja kadang didampingi roh ‘Inem pelayan sexy’. Bayangkan saja, oom-oom yang berusia 70 tahun sampai ‘melotot’ melihat rok yang terlalu tinggi atau belahan dada yang terlalu rendah dan bahu/punggung yang tidak tertutup. Orang dikatakan berzinah bila melihat seseorang dan mengingininya, tetapi lebih berdosa orang membuat dirinya diingini oleh orang lain. Bukankah lebih baik menjaga kesucian hidup kita sekaligus menjaga kesucian pikiran orang lain dengan berpakaian sopan (I Tim 2:9). Pikirkan saja, jika kita berpakaian seronok, maka bisa jadi dalam persekutuan ibadah ada beberapa orang yang pikirannya tidak ‘bersih’ dan mencemari kesucian ibadah itu. Kita berpakaian rapi dan sopan saat kita hendak bertemu presiden, pejabat negara, atau orang-orang terhormat, apalagi yang kita temui di dalam gereja adalah Tuhan Yesus Kristus, Raja di atas segala raja. Apakah kita mau mengusik kehadiran-Nya hanya dengan cara berpakaian kita yang tidak berkenan di hati-Nya?
3. JANGAN USIL! Berangkat dari rumah sampai di gereja, kita sudah banyak bicara kepada suami/istri/adik/kakak/sahabat/anak/kekasih. Di dalam gereja, janganlah kita masih memanjakan lidah kita. Kita tanya ini-lah, tanya itu-lah, ngantuk-lah, komentar ini, komentar itu, lupa bawa tissue, lupa bawa permen, kirim sms-lah, dsb. Saat lidah kita ‘usil’, hati Tuhan sedih. Kehadiran-Nya tidak kita anggap. Kita mengabaikan-Nya. Selain itu kita pasti mengganggu saudara seiman yang sedang beribadah di sekitar kita. Tahu dirilah dan bicaralah seperlunya!
4. JANGAN SOK RAMAH DAN SOK SIBUK! Hal ini lebih banyak dilakukan dan sering dilakukan pengurus, pengerja atau aktivis gereja, tetapi jemaat (kita) kadang melakukannya juga. Kita berdoa, pada doa pembukaan agar Roh Kudus ambil alih acara ibadah kita, tetapi ketika ibadah berlangsung, waktu pujian dan khotbah, kita juga mulai beraksi. Apalagi bila para aktivis sudah duduk berkelompok di bagian belakang, gereja seolah-olah tempat untuk ngerumpi. Eh, minggu depan siapa yang jadi WL-nya? Siapa yang khotbah? Dasinya bagus, beli di mana? Wah, HP kamu baru, ya? Bagaimana kabar pacarmu? Ada juga yang sibuk bbm-an, dsb. Lalu bagaimana hati kita bisa ditaburi Firman Tuhan?
5. JANGAN MEMPERSEMBAHKAN YANG JELEK! Saat memberi persembahan atau perpuluhan, kadang kita tidak sadar saat mengambil uang dan meremas-remas atau melipat-lipatnya sampai kusut. Maksudnya mungkin baik, agar ‘tangan kiri’ kita tidak mengetahuinya. Bukankah sebainya kita memberi kepada Tuhan dengan pemberian yang baik dan cara yang baik juga? Biasanya gereja menyediakan amplop untuk persembahan atau perpuluhan. Mengapa kita tidak mengambil uang kita yang masih baru/bagus dan memasukkannya ke dalam amplop saja?
6. JANGAN MENOLAK BERKAT! Entah karena bisnis atau alergi bersalaman dengan pendeta, pekerja atau aktivis gereja, beberapa dari kita sering meninggalkan ruang ibadah sebelum ibadah selesai. Ketika lagu dan doa penutup, kita sudah meninggalkan ruangan. Sadar atau tidak, kita telah meninggalkan ibadah pada saat berkat dicurahkan. Ketika doa berkat disampaikan hamba-Nya dari mimbar gereja dan lagu “Trima kasih Tuhan....” belum selesai kita sudah ngacir pergi! Bukankah itu tidak sopan dan merugikan diri kita sendiri? Kita telah memulainya dengan baik, tetapi sayang, kita mengakhirinya dengan tidak baik dan bodoh! Ibadah kita menjadi tidak lengkap dan sia-sia. Jangan melukai hati Tuhan. Untuk apa kita ke gereja, bila kehadiran kita membuat hati-Nya bertambah luka dengan sikap kita itu? Dan barangkali Yesus akan berkata: “Untuk apa aku datang dalam pertemuan ibadahmu, bila kamu mengacuhkan-Ku dan menghina-Ku dengan tata caramu seperti itu?!” Bila dibandingkan dengan tata ibadah bangsa Israel zaman dulu, ibadah kita terkesan lebih bebas. Bayangkan, bila kita berada di sana, di dalam Bait Allah, dan kita tidak menghormati-Nya, maka pada saat itu juga kita pasti kena tulah (kutuk), bisa jadi kita langsung mati di tempat. Hanya karena kesalahan atau keteledoran kecil saja, Tuhan sudah menganggap kita tidak menghormati hadirat-Nya!! Seharusnya kita lebih bersyukur karena Tuhan ‘fleksibel’ dengan anak-anak-Nya pada akhir zaman ini. Ia tidak terlalu mementingkan tata cara dan pola materiil, tetapi ketulusan dan kesungguhan hati kita. Namun, bukan berarti kita boleh semau kita sendiri saat kita datang bersekutu dengan-Nya. Bukankah cara-cara kita beribadah di gereja juga menunjukkan serius atau tidak kita menghampiri hadirat-Nya. Renungkanlah! (Yd)
Langganan:
Postingan (Atom)