Dongeng itu mengingatkan saya bahwa ada saatnya kita mungkin merasa begitu sendirian di tengah kejahatan yang merebak di sekitar kita. Pada masa hidup Nuh, bumi telah dipenuhi dengan kekerasan; setiap pikiran dalam hati manusia “selalu membuahkan kejahatan semata-mata” (Kej. 6:5,11). Namun “Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN” (ay.8). Dalam pengabdian yang sepenuh hati, Nuh menaati Allah dan membangun bahtera yang diperintahkan-Nya. Oleh kasih karunia-Nya, Tuhan pun menyelamatkan Nuh dan keluarganya.
Allah juga telah menunjukkan kasih karunia-Nya kepada kita melalui kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus, Anak-Nya. Kita mendapat kehormatan untuk memuliakan Allah dan teguh mengabdi kepada-Nya dalam hidup kita sehari-hari. Allah selalu dekat, bahkan tinggal di dalam kita, sehingga sesungguhnya kita tidak pernah sendirian. “Ia mendengar bila [kita] berteriak minta tolong” (Mzm. 34:15 BIS). —JBS
Pendirian seseorang akan nyata ketika ia berteguh
Demi membela nilai yang benar dan sejati;
Dan yang mempertaruhkan segalanya dalam Allah
Sungguh berkenan di mata-Nya. —D. DeHaan
Demi membela nilai yang benar dan sejati;
Dan yang mempertaruhkan segalanya dalam Allah
Sungguh berkenan di mata-Nya. —D. DeHaan
Tidaklah sulit untuk hidup mengikuti arus; butuh keberanian untuk berjuang melawan arus.
Sumber : http://www.warungsatekamu.org